PANDEGLANG, BANTEN, dialektikanews.com, – Proyek Pembangunan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan atau Rehabilitasi Daerah Irigasi Cikareo Desa Pasireurih Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang Banten, diduga pekerjaannya tak sesuai spesifikasi kontruksi dan terkesan asjad alias asal jadi.
Proyek yang menelan anggaran Rp. 79.180.000 dari APBD Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2022 melalui Dinas PUPR Bidang SDA dengan pelaksana CV Karya Muda Menes tersebut terbukti amburadul dan itu terlihat dari pasangan kontruksi yang patut diduga menyalahi spesifikasi, lantaran dalam pasangannya ditenggarai ada pengurangan bahan matrial seperti pada pasangan batu belah, bahkan dibagian kontruksi hingga terdapat pasangan pohon pisang yang dijadikan pondasi.
Menanggapi hal tersebut Penggiat Media Sosial dan juga aktivis yang bergerak dalam peduli kelestarian lingkungan Yanto kepada awak media, Jumat (29/04/2022) mengaku kecewa atas pekerjaan pihak rekanan DI Cikareo yang berlokasi di Desa Pasireurih, yang diduga hanya mencari keuntungan semata namun tidak memperhatikan terhadap mutu dan kualitas pekerjaannya.
“Jika dilihat dari kondisi hasil kontruksi sepatutnya diduga pihak pelaksana dalam mengerjakan proyek DI Cikareo asal – asalan dan tidak memperhatikan mutu dan kualitas,” jelas Yanto
Yanto juga menambahkan, dari pantauan dilokasi pekerjaan irigasi itu patut diduga pondasinya tidak dilakukan penggalian terlebih dulu, namun hanya menempel di dasar atau di permukaan tanah.
Lebih lanjut ungkap Yanto, pada pasangan kontruksi irigasi itu pun terdapat pohon kelapa ditengah lingkaran pasangan kontruksi. Semestinya pasangan tidak seperti itu, melainkan harus di spot terlebih dulu agar kekuatan pasangan kontruksi tidak akan terganggu dengan berdirinya pohon kelapa tersebut.
“Saya heran kenapa ada pohon kelapa tetapi dikerjakan seperti itu, tidak di spot dulu. coba kita bayangkan namanya juga pohon, kalau kena angin pasti bergoyang dan itu pasti akan mudah retak terhadap kontruksi, makanya diragukan mutu dan kualitasnya,” tukas Yanto seraya menambahkan, parahnya lagi bongkahan pohon pisang terdapat dalam pasangan kontruksi.
Hal senada dikatakan warga setempat yang merasa permukaan DI Cikareo sebelumnya lebih lebar namun setelah dibangun malah lebih sempit dan mengecil.
“Bagaimana kalau hujan lebat, kayak air akan meluap naik keatas. Dan jika diperhatikan itu dibawah hamparannya juga tidak di alas semen. Apa mungkin belum selesai ya pak,” tanya Keken asal warga Kampung Parigi Desa Pasireurih kepada awak media.
Sementara pihak CV Karya Muda Menes saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp mengaku tidak mengetahui siapa pelaksana di lapangannya. Karena kata dia pihaknya hanya dipinjam perusahaannya saja sama orang lain.
“Teu apal Deonk saha boa di lapanganna. Dipinjem ku batur perusahaan soalna” kata pemilik perusahaan yang mengaku bernama Deong dengan logat bahasa sunda saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (30/04/2022).( Fd )